BANDA ACEH, suaramerdeka-wawasan.com – Perayaan Imlek 2574 Kongzili tahun 2023 ini bagi masyarakat Indonesia menjadi sebuah perayaan kegembiraan setelah terbebas dari Covid-19 yang membuka kebebasan beraktifitas dan berkerumun.
Tak terkecuali bagi masyarakat Tionghoa Aceh atau yang biasa disebut China Aceh yang tinggal di wilayah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Banyak orang mengira, di Aceh yang mayoritas penduduknya Islam akan melahirkan pembatasan berkegiatan keagamaan etnis lain seperti perayaan Imlek ini.
Baca Juga: Disesalkan Tuntutan 12 Tahun JPU Kepada Bharada E Sangat Tinggi Meski Jadi JC
Namun nyatanya, sebuah kemeriahan perayaan Imlek berupa pertunjukan Barongsai seharian diadakan di Banda Aceh, ibukota provinsi Nangroe Aceh Darussalam.
Menurut catatan Wikipedia, sejauh ini, terdapat empat vihara besar yang berdiri di Aceh. Bahkan di sana ada sebuah Pecinan yang bernama Peunayoung.
Vihara Dharma Bakti yang menjadi Vihara tertua di Aceh, dan berada di Peunayoung menjadi tempat ibadah bagi sekitar 3-5 ribu lebih warga Tionghoa yang ada di Kota Banda Aceh maupun yang datang dari luar Aceh.
Bahkan, Vihara ini jaraknya dari Masjid Raya Baiturrahman hanya sekitar 500 meteran. Ini membuktikan bahwa provinsi yang berstatus daerah Syariat Islam itu tetap menjamin kenyamanan beribadah masyarakat non-muslim.

‘’Ini salah satu cara kami menunjukkan ke teman-teman di luar sana yang selama ini image-nya tidak baik tentang Aceh, bahwa Aceh itu begini (sangat toleran terhadap keberagaman),’’ kata Tokoh Tionghoa Aceh, Kho Khi Siong seperti dikutip Antara, di sela-sela acara, Minggu, 22 Januari 2023.