Baca Juga: Terkait Kenaikan Harga BBM Subsidi, Polda Jateng Siap Lakukan Antisipasi Pengamanan
''Melaut harian dapatnya tak menentu. Sekarang ikan lagi susah dapatnya. Dapatnya sedikit dan kadang malah tidak dapat apa-apa,'' ujarnya.
Jahid pun memilih tidak melaut terlebih dahulu, karena khawatir hasil tangkapan ikan tak bisa menutup biaya perbekalan, terutama Solar.
Dia kini menghabiskan waktunya untuk mengecek kondisi kapal, dan memperbaiki jaring yang rusak.
Baca Juga: Harga BBM Subsidi Naik Memicu Polemik, Warganet Malah Menduga Isu Pengalihan Kasus Ferdy Sambo
''Mau melaut masih mikir-mikir karena untuk beli Solar paling tidak Rp150 ribu karena kapal pakai mesin dua. Sedangkan ikan belum tentu dapat,'' ujar dia.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jawa Tengah, Riswanto mengatakan, kenaikan harga BBM yang mencapai 30 persen, sangat berdampak terhadap para nelayan, khususnya nelayan kecil.
Terlebih, katanya, kenaikan harga BBM jenis Solar yang dibutuhkan para nelayan kecil itu, tak diikuti dengan kenaikan harga ikan.
Baca Juga: Hindari Aksi Massa Terkait Kenaikan Harga BBM, Ganjar Siap Terima Aspirasi Rakyat dengan Buka Dialog
''Mereka melaut harian, dari jam 05.00 sampai 12.00 WIB. Hanya dapat ikan dua sampai tiga kilo. Sebelum ada kenaikan harga BBM, harga ikan murah dan cenderung menurun.
Sekarang harga solar naik 30 persen, ternyata harga ikan masih murah. Ini sangat berat buat mereka,'' jelas Riswanto, Selasa, 6 September 2022.
Riswanto menyebut, jumlah kapal nelayan berukuran di bawah 10 GT di Kota Tegal sekitar 400 kapal.
Baca Juga: Seluruh Daerah di Indonesia Berstatus PPKM Level 1, Diperpanjang hingga 3 Oktober 2022
Ia mengatakan, jika rata-rata tiap kapal ada dua nelayan, maka ada sekitar 800 orang yang terdampak kenaikan harga BBM.
''Teman-teman ini ketika mau melaut dengan hasil tangkapan yang kurang bagus, mereka sudah menghitung saat di darat. Ketika harga solar belum naik pun, pulang dari melaut tidak dapat hasil, apalagi dengan kenaikan harga sampai 30 persen.