ANKARA, suaramerdeka-wawasan.com - KBRI Ankara atau KBRI Turki memastikan mengevakuasi 104 WNI yang terdampak Gempa Turki. Kepastian itu disampaikan oleh KBRI Ankara, Selasa, 07 Februari 2023.
Gempa Turki yang berkekuatan Magnitudo 7,8 SR mengguncang bagian Tenggara Turki dan Utara Suriah, pada Senin, 6 Februari 2023.
Akibat gempa ini, Provinsi Gaziantep dan Kahramanmara mengalami kerusakan parah, bahkan sebah bangunan bersejarah Turki, Istana Gaziantep yang berusia 2200 tahun ikut hancur, rata dengan tanah.
Baca Juga: Update Gempa Turki. Tercatat Hanya 3 WNI Terluka, Tapi harus Meninggalkan Apertemen
Secara lebih terperinci KBRI Ankara menjelaskan, wilayah utama yang terdampak gempa bumi di Turki meliputi 12 daerah yaitu Adana, Adyaman, Kahramanmara, Gaziantep, Diyarbakr, Hatay, Kilis, anliurfa, Malatya, Osmaniye, Elazig, Elbistan.
"Tim KBRI Ankara sedang menuju lokasi untuk mengevakuasi 104 WNI dari lima titik, yaitu Gaziantep, Kahramanmara, Adana, Hatay, dan Diyarbakr. Mereka akan dievakuasi ke Ankara," kata Juru Bicara Kemlu Teuku Faizasyah dalam konferensi pers yang diikuti secara virtual di Jakarta, Selasa, 07 Februari 2023.
Seperti dikutip Antara, Duta Besar RI untuk Turki, Lalu Muhammad Iqbal, mengemukakan, tim KBRI Ankara sedang dalam perjalanan menuju Provinsi Gaziantep dan empat titik lainnya untuk mengangkut 104 WNI yang harus segera dievakuasi.
Dia mengatakan, para WNI tersebut harus dievakuasi ke Ankara karena mereka sudah tidak memiliki tempat tinggal yang layak.
Baca Juga: Gempa Turki, Sejarah dan Penyebabnya
Sementara itu, rumah penampungan atau safe house yang disiapkan pemerintah setempat sudah melebihi kapasitas.
"Untuk saat ini, mereka ada yang tinggal di masjid, stadion olahraga, dan di tenda-tenda di lapangan," kata Iqbal.
Selain itu, KBRI Ankara juga akan mengevakuasi korban WNI yang mengalami luka-luka akibat gempa.
Hingga 7 Februari 2023, tercatat 10 WNI mengalami luka-luka, empat di antaranya sudah mendapat perawatan di rumah sakit setempat, sedangkan enam lainnya, termasuk enam orang yang mengalami patah tulang akan dievakuasi untuk kemudian dirawat di rumah sakit di Ankara.
Iqbal menuturkan, proses evakuasi memang tidak mudah karena harus dilakukan di tengah kondisi dingin dengan suhu cuaca sekitar minus 7 derajat Celcius dan badai salju.
"Proses evakuasi sangat sulit untuk dilakukan Pemerintah Turki karena selain kekuatan gempa yang luar biasa besar, dengan lebih dari 10 ribu bangunan hancur, tetapi juga cuaca ekstrem,’’ tambahnyaa.