LONDON, suaramerdeka-wawasan.com - ''Syukurlah ibu dan ayah saya tidak harus menanggung semua rasa sakit itu lagi.''
Kutipan ini adalah SMS Gareth Southgate pada mantan Kapten Tim Inggris di Piala Eropa 1996, Tony Adams, saat diberi ucapan selamat atas keberhasilannya membawa Harry Kane dkk ke final PIala Eropa 2020. ''Itu jawaban yang indah,'' kata Adams
"Ya, 25 tahun yang lalu saya memimpin negara saya, kami mencapai semi final, nyaris, kami keluar melalui adu penalti, tapi sayang kami gagal dan Southgate ada di sana,'' kata Mantan kapten Inggris 1996, Tony Adams, yang berbicara kepada ITV.
Baca Juga: Suporternya Berulah Sepanjang Pertandingan Lawan Denmark, Inggris Terancam Sanksi UEFA
Baca Juga: Pertanyakan Penalti Inggris ke Gawang Denmark, Jose Maurinho: Wasit Bakal Tak Bisa Tidur Pulas
''Sekarang saya senang melihat Gareth di sana (menang di Wembley). Aku sangat, sangat bangga padanya,'' katanya sambil menambahkan kaalau ia sengaja mengirim SMS ke Southgate untuk memberi ucapan selamat.
Keberhasilan Inggris melenggang ke partai puncak PIala Eropa 2020 membuat orang kembali membicarakan semi final Inggris-Jerman 1996.
Dan lagi-lagi tokoh utama pembicaraan adalah Gareth Southgate. Maklum, dulu Southgate adalah pemain yang gagal mengeksekusi penalti terakhir Inggris di drama adu penalti yang membuat Inggris gagal ke final.
“Sekarang dia membuat cerita baru, membuat jalan baru bagi para pemain muda baru ini. Kebanyakan dari mereka tidak lahir ketika dia gagal mengeksekusi penalti itu (di EURO '96).
Ya. Seperti kata Adams, Southgate membuat cerita baru, jalan baru bagi Inggris membuat sejarah. Dan peluang itu cukup terbuka, meski yang bakal dilawan adalah Italia.
Mantan pemain Inggris lainnya, Alan Shearer kepada BBC juga menceritakan apa yang terjadi semalam sebagai cerita yang indah.
"Malam yang luar biasa, suasana yang luar biasa, itu waktu yang luar biasa. Orang-orang ini telah melakukan lebih baik daripada yang kami lakukan pada tahun 1996,'' katanya.
''Mereka telah mencapai sesuatu yang tidak dimiliki banyak orang. Itu masa-masa indah yang sama dengan waktu itu (1996) tetapi akhirnya kami tersingkir di semifinal melalui adu penalti.
Sejujurnya, Shearer mengaku, sudah khawatir pertandingan dini hari tadi akan berakhir dengan drama adu seperti dulu. Karena, lanjut dia, lebih gugup melihat seperti dini hari tadi daripada menjalani di lapangan.
"Saya pikir semua orang gugup karena lebih mudah menjadi pesepakbola di lapangan daripada menjadi pendukung di tribun." pungkasnya.